Bab 10 agama dan masyarakat
1. Fungsi agama
2. Pelembagaan agama
Agama pada lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan, atau sesuatu
kuasa yang ghaib dan sakti seperti Dewa, dan juga amalan dan institusi
yang berkait dengan kepercayaan tersebut. Agama dan kepercayaan
merupakan dua pekara yang sangat berkaitan. Tetapi Agama mempunyai makna
yang lebih luas, yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang
kohensif, dan kepercayaan ini adalah mengenai aspek ketuhanan.
Kepercayaan yang hanya melibatkan seorang individu lazimnya tidak
dianggap sebagai sebuah agama. Sebaliknya, agama haruslah melibatkan
sebuah komuniti manusia. Daripada itu, Agama adalah fenomena masyarakat
boleh dikesan melalui fenomena seperti yang berikut:
• Perlakuan
seperti sembahyang, membuat sajian, perayaan dan upacara.
• Sikap
seperti sikap hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa luar biasa dan anggapan suci dan bersih terhadap agama.
• Pernyataan
seperti jambi,mantera dan kalimat suci.
• Benda-benda material
yang zahir seperti bangunan.Contohnya masjid, gereja, azimat dan tangkal.
Salah satu lagi ciri agama ialah ia berkaitan dengan tatasusila
masyarakat. Ini bermakna agama bukan sahaja merupakan soal perhubungan
antara manusia dengan tuhan, malah merupakan soal hubungan manusia
dengan manusia. Ciri-ciri ini lebih menonjol di dalam agama universal,
daripada agama folk. (sila lihat dibawah)
Manusia yang tidak tidak mempercayai adanya tuhan dan menolak semua kepercayaan beragama pula dipanggil ateisme.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
• Karena agama merupakan sumber moral
• Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
• Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
• Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam
Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu
apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati,
tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh
berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar
dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua
bagian, yaitu
• Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan
kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin
disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha
menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
• Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada
kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah,
yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing
manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau
kemungkaran.
Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi
untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi
agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia
sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan),
dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini
sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit
penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada
umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus
menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan
yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan
kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah
perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini
adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja
kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai
yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran
agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib
dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi
kawanan social
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi
untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi
agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
• Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia
sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan),
dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini
sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit
penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada
umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap manusia
harus menaati Allah(s.w.t).
• Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan
yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan
kehidupan selepas mati, matlamat hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi
kebanyakan manusia, soalan-soalan ini adalah menarik dan untuk
menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.
• Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini
adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja
kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai
yang sama.
• Memainkan fungsi kawalan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran
agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib
dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi
kawalan sosial.
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu
pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan
(integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh
yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu
agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi
masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti
peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban
sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan
nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,
mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang
sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang
mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama
dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Peran dan fungsi lembaga agama
Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ia memberikan
landasan normatif dan kerangka nilai bagi kelangsungan hidup umatnya.
Ia memberikan arah dan orientasi duniawi di samping orientasi ukhrowi
(eskatologis). Dalam konteks ini, secara sosiologis agama merupakan
sistem makna sekaligus sistem nilai bagi pemeluknya. Tetapi di era
modern ini peran agama tergeser oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Agama tidak lagi memiliki peran dominan dalam domain sosial
kemasyarakatan. Justru Ia ditempatkan ke dalam wilayah privat, sementara
wilayah publik diserahkan kepada manusia itu sendiri. Hal ini terja.di
-menurut beberapa pengamat- karena proses sekularisasi. Di Indonesia
gejala ini mulai tampak, terutama di kalangan kelas menengah. Persoalan
ini secara deskriptif dikupas dalam penelitian ini.
Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini berusaha menelusuri
perubahan persepsi masyarakat muslim kelas menengah di Jakarta -akibat
sekulansasi- terhadap peran agama serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut. Kelas menengah dalam penelitian ini meliputi
kalangan ilmuan (dosen/peneliti), jumalis, pengusaha, dan pakar sosial
keagamaan.
Dan hasil penelitian terungkap bahwa telah terjadi perubahan persepsi
masyarakat muslim kelas menengah terhadap peran agama. Mereka memandang
peran agama terutama yang dimainkan tokoh agama semisal kyai dan ustadz-
mengalami penurunan relatif menonjol. Hal ini terlihat dalam kemampuan
mereka mempengaruhi masyarakat. Di samping itu, otoritas, penghargaan
sosial, dan kredibilitas mereka juga dipertanyakan. Temuan lainnya yang
menarik adalah bahwa mereka menganggap organisasi-organisasi keagamaan
-baik formal maupun informal- semisal Depag, MUI, NU, dan Muhammadiyah
tidak signifikan lagi karena dipandang cenderung membawa suara
pemerintah. Justru sebaliknya, mereka menaruh mmat terhadap
kelompok-kelompok pengajian semisal Paramadina karena memberikan ruang
untuk memahami agama secara ilmiah.
Meskipun demikian, dalam praktek ekonomi penelitian ini menunjukkan
bahwa masyarakat kelas menengah muslim belum melaksanakan norma-norma
agama sepenuhnya. Karena mereka belum memahami prinsip-prinsip ekonomi
Islam. Maka akibatnya masih terlihat perilaku menyimpang semisal KKN,
ketidakjujuran, sikap manipulatif, dan lain-lain. Ini dipengaruhi oleh:
Pertama kekurang-pahaman mereka terhadap ajaran Islam di samping faktor
kepribadian yang diwarnai oleh pikiran, sikap, dan tindakan yang
"westernized". Kedua, kadar pro fesionalitas tokoh agama yang relatif
kurang mampu memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakat kelas menengah.
proses terbentuknya lembaga agama
Lembaga agama terbentuk karena persetujuan /kesadaran diantara
orang-orang yang beragama merasakan perlunya menjaga keutuhan agama
dalam kaidah dan keyakinannya agar semakin mempermudahkan orang beragama
dalam kehidupan iman yang dipercayainya.
Studi kasus : banyaknya manusia yang menjalankan fungsi agama itu dengan
tidak baik , contoh : hilangnya moral moral yang bersangkutan dengan
agama
0 komentar:
Posting Komentar